BAB I
PENDAHULUAN
Untuk mendapat seorang pemimpin yang ideal memang sangat sulit pada zaman sekarang ini ,namun tidak berarti kita tidak perlu mencarinya dan pasrah saja kepada pemimpin yang sudah ada sekarang dengan apa adanya.Akan tetapi perlu dicari secara optimal untuk mendapatkan seorang pemimpin yang relatif lebih baik dari apa yang sudah ada sekarang,karenanya hari esok harus lebih baik dari hari ini selaras dengan perkembangan zaman yang terus berubah dalam berbagai aspek sosial kehidupan ini.Dalam konteks itu kemungkinan saja dalam praktik shalat berjama’ah bisa dijadikan salah satu contoh teladan bagaimana suatu proses suksesi kepemimpinan yang ideal,dan bisa dipraktikkan dalam berbagai segi kehidupan masyarakat.Seorang pemimpin shalat harus lebih profesional dan lebih luas wawasannya dalam ilmu pengetahuannya,ketaqwaannya,memahami kandungan bacaannya,peka terhadap pengikutnya ,serta berjiwa besar dan bersedia mundur jika ia tidak mampu memimpin lagi,serta digantikan oleh salah seorang pengikutnya .Khususnya bagi para pengikutnya(makmum) juga harus memahami tata cara shalat berjama’ah sebagaimana pemimpin(imam)yang di ikutinya,sehingga mengetahui cara menegur imam(pemimpin)jika melakukan sesuatu yang bisa mengurangi atau membatalkan shalat tersebut secara keseluruhan.Shaf shafnya harus rapi,dan shaf yang terdekat persis dibelakang imam terdiri dari orang orang yang kapan saja bisa maju kedepan menggantikan imam jika ia tidak mampu lagi memimpin shalat ,serta shalat berjama’ah tetap dilanjutkan tidak boleh dihentikan ditengah jalan.
Dalam Al Qur’an dengan sangat gamblang dijelaskan tentang keharusan mengikuti perintah pemimpin”Hai orang orang yang beriman,taatilah Allah dan taatilah Rasul,dan ulil amri diantaramu.Dan jika kamu berbeda persepsi dalam urusanmu,maka kembalilah kepada Allah dan Rasul-Nya”(QS ,4:59) .Berdasarkan ayat tersebut sangat jelas bahwa seorang pemimpin harus dipatuhi selama ia memimpin secara adil ,sehingga rakyat yang berada di bawah pimpinannya tetap merasa aman dan harmoni hidupnya.Sebaliknya sekiranya seorang pemimpin tidak mampu memberikan suatu petunjuk sesuai perintah Allah ketika mereka sabar (QS,32:24) ,sehingga rasa keadilan, rasa kenyamanan dan keamanan tidak dinikmati rakyatnya , maka dengan berjiwa besar pemimpin seperti itu “mundur” dan perlu digantikan oleh pemimpin yang lebih baik dari sebelumnya. Memang profesionalisme seseorang pemimpin adalah kemampuannya untuk memberi suatu petunjuk kepada para pengikutnya atau rakyat yang dipimpinnnya,sebagaimana seseorang pemimpin sesuatu perusahaan yang mampu memberi petunjuk kepada bawahannya ketika mengerjakan sesuatu pekerjaan.Seorang pemimpin yang profesional juga harus mengerti dan meyakini dengan benar semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.Meskipun terkadang sering juga paradigma yang terjadi pada seseorang pemimpin adalah sikapnya ” ikuti saja apa apa yang saya ucapkan ,bukan apa apa yang saya lakukan”.Jika hal seperti itu terjadi,maka yang muncul adalah seorang pemimpin yang hanya seorang profesional yang pintar berbicaranya saja ,memerintah dan menunjuk tanpa langkah kongkrit yang mengiringi ucapannya tersebut sehingga menyulitkan bawahannya(pengikutnya)dalam menerjemahkan segala ucapannya.Dan sebagai konsekuwensinya terjadilah kesalah pahaman dikalangan bawahannya yang akan memaicu kekacauan ,yang semakin sulit di selesaikan jika seorang pemimpin akhirnya dikultuskan juga oleh para pengikutnya.
BAB II
Pemimpin yang Ideal
Kepemimpinan Dalam Islam
Islam adalah agama yang sempurna, di antara kesempurnaan Islam ialah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah Swt maupun hubungan dengan manusia, termasuk di antaranya masalah kepemimpinan di pemerintahan.
Kepemimpinan di satu sisi dapat bermakna kekuasaan, tetapi di sisi lain juga bisa bermakna tanggungjawab. Ketika kepemimpinan dimaknai sebagai kekuasaan, Allah SWT.mengingatkan kita bahwa hakikat kekuasaan itu adalah milik Allah SWT. Allah SWT yang memberi kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah pula yang mencabut kekuasaan dari siapa pun yang dikehendaki-Nya: Firman Allah dalam Surat Al-Imran ayat 26. Yang Artinya: ya Allah yang mempunyai kerajaan, engkau berikan kerajaan kepada siapa yang engkau kehendaki dan engkau cabut kerajaan dari siapa yang engkau kehendaki dan engkau muliakan siapa yang engkau kehendaki dan engkau hinakan siapa yang engkau kehendaki . ditangan engkaulah segala kebajikan sesugguhnya engkau maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Ali Imran ayat 26) Dalam Islam, hampir semua ulama menyepakati bahwa pemimpin adalah abdi masyarakat . Sebab, kepemimpinan sesungguhnya adalah suatu amanah (titipan) yang setiap saat harus dipertanggungjawabkan dan diambil wewenangnya. Amanah itu diperoleh dari Allah SWT lewat pemilihan yang dilakukan oleh manusia, kecuali para Nabi dan Rasul yang langsung dipilih oleh Allah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan amanah, manusia diharapkan senantiasa berbuat baik dan bertanggung jawab. Jika manusia bisa menyadari bahwa kepemimpinan adalah amanah, maka mereka tidak akan berebut kekuasaan dengan temannya sendiri, atau memaksakan diri untuk menjadi pemimpin demi keuntungan materi semata.
Contoh-contoh pemimpin tauladan:
1. Sebagai pemimpin umat Rasulullah SAW mempunyai empat cirri kepemimpinannya; shidiq (jujur), fathanah (cerdas dan berpengetahuan), amanah (dapat dipercaya), dan tabligh (berkomunikasi dan komunikatif dengan bawahannnya dan semua orang)
2. pidato Khalifah Abu bakar Assiddiq ra ketika beliau dilantik menjadi pemimpin umat sepeninggalnya Rasulullah SAW, yang mana inti dari isi pidato tersebut dapat dijadikan pedoman dalam memilih profil seorang pemimpin yang baik. Isi pidato tersebut diterjemahkan kurang lebih sebagai berikut: "Saudara-saudara, Aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik diantara kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. 'Orang lemah' diantara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. 'Orang kuat' diantara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya. Janganlah diantara kalian meninggalkan jihad, sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Swt. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan Sholat semoga Allah Swt melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua".
Ada 7 poin yang bisa kita ambil dari pidato Abu bakar assiddiq ra:
Sifat rendah hati Sifat berlaku adil demokratis
Sifat terbuka untuk di kritik. Komitmen dengan perjuangan
Sifat jujur dan memegang amanah Berbakti dan mengabdi kepada Allah swt.
CIRI PEMIMPIN YANG IDEAL
Dalam dunia nyata adalah tidak mungkin kita menemukan seorang pemimpin yang sangat ideal seperti yang kita harapkan. Akan tetapi dibawah ini perlu untuk diketahui ciri-ciri seorang pemimpin yang ideal. Adapun ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai pengetahuan umum yang luas.
2. 1. Berkemampuan untuk tumbuh dan berkembang.
2 2. Bersifat inkuisitif.
4. 3. Berkemampuan analitik.
5. 4.Mempunyai daya ingat yang kuat.
6. 5.Berkapasitas integratif.
7. 6.Berketrampilan komunikatif yang efektif.
8. 7. Mempunyai ketrampilan mendidik.
9. 8. Mempunyai rasionalitas.
10. 9. Memiliki objektifitas.
11. 10. Mempunyai pragmatisme.
12. 11. Berkemampuan menentukan skala prioritas.
13. 12. Berkemampuan membedakan yang urgen dan yang penting.
14. 13. Memiliki rasa tepat waktu.
15. 14. Mempunyai rasa kohesi yang tinggi.
16. 15. Memiliki naluri relevansi.
17. 16. Berketeladanan.
18. 17. Bersedia menjadi pendengar yang baik.
19. 18. Memiliki adaptabilitas.
Me 19. Memiliki fleksibilitas.
21. 20. Memiliki ketegasan.
22. 21. Memiliki keberanian.
23. 22. Berorientasi masa depan.
24. 23. Bersikap antisipatif.
BAB III
PENUTUP
Kriteria seorang pemimpin itu harus selalu sesuai ucapannya dengan perbuatannya serta mampu menjadi petunjuk secara kongkrit ,supaya tidak terjadi kesalah pengertian antara atasan atau pemimpin dan rakyatnya .Untuk itu seseorang pemimpin tentu saja memang ahli dalam bidangnya,sebagaimana juga para pembantunya dalam jajaran birokrasi sehingga semua perintahnya bisa dijabarkan dengan sebaik baiknya serta diterima oleh rakyat secara baik pula.Karena” apabila amanat disia siakan,maka tunggulah kehancurannya
apabila sesuatu pekerjaan diserahkan kepada yang bukan ahlinya,maka tunggulah kehancurannya”(HR.Bukhary).Dalam kondisional negeri kita yang sedang mengalami krisis kepercayaan ini,maka sangat dibutuhkan pemimpin pemimpin yang jujur,bertanggung jawab,serta bisa memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi bawahan atau rakyatnya .Semoga saja.Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar